BAB
1
A.
Pengertian
Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu Alamiah
Dasar atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science)
merupakanpengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala yang ada di dalam alam
semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip. Ilmu Alamiah Dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan
prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
Konsep ilmu
alamiah dasar merupakan ilmu teoritis yang didasarkan pada pengamatan dan
percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam berdasarkan fakta tentang
gejala alam yang diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui eksperimen atau
percobaan, kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah dapat dirumuskan
keterangan ilmiahnya (teorinya). Teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori
selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan. Hal tersebut muncul karena adanya
rasa ingin tahu tentang alam, benda dll yang ada di sekitarnya. Rasa ingin tahu
pada manusia,adalah merupakan karunia Allah kepada manusia dan rasa keingin
tahuan itu bahkan telah muncul ketika kita masih kecil hingga sekarang
ini karena rasa keingintahuan seseorang dapat menjadi suatu ajaran untuk dapat
melangakah lebih maju lagi kedepannya.
B.
Perkembangan
Alam Pikiran Manusia
Manusia
sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu, dan rasa ingin tahu ini
disebabkan karena adanya rasio yang hanya dimiliki oleh manusia saja. Rasa
ingin tahu inilah yang mendorong manusia untuk mengenal, memahami, menjelaskan,
dan memecahkan masalah yang dihadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha,
maka manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan
yang diperoleh mula-mula hanya sebatas rangsangan alam dan pengamatan panca
indera saja. Lalu manusia berpersepsi dan mengambil kesimpulan atas
pengamatannya tersebut atau bisa jadi manusia mempercayai suatu kejadian
sebagai mitos, kepercayaan terhadap mitos adalah kepercayaan yang masih
primitif.
Seiring
berjalannya waktu, semakin banyak pengalaman yang didapat semakin bertambah
pula masalah dan persoalan yang harus dihadapi, maka usaha yang dilakukan pun
harus lebih ditingkatkan, misalnya manusia membentuk cara dan strategi untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Cara atau strategi tersebut bisa didapat dari
pengalaman atau pengetahuan yang sebelumnya pernah ia pelajari atau berdasarkan
pegamatannya, setelah didapat hasil lalu dihipotesiskan dan diteliti lagi, dan
pada akhirnya tidak jarang manusia yang dapat membuat suatu produk sebagai akhir
dari strategi yang dibuatnya.
Dengan
seiring berjalannya waktu, maka proses perkembangan alam pikiran manusia
semakin berkembang dan kompleks untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Dan
semakin bertambahnya pengalaman, maka persepsi pada mitos atau hal yang belum
dapat dibuktikan belum dapat dipercaya.
C.
Mitos,
Penalaran dan Cara Memperoleh Pengetahuan
Mitos adalah
sebuah imajinasi dari manusia yang berusaha untuk menerangkan gejala alam yang
ada pada saat itu yang dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib.
Namun, disebabkan oleh keterbatasan manusia dalam menjelaskan hal tersebut
sehingga cenderung diidentikkan dengan seorang dewa/dewi, tokoh misteri serta
sesuatu yang berbau mistis. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat
subyektif.
Rasa ingin tahu manusia
ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman.
Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu.
Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia
mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul
pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena
tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa
dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama
muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar,
pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada
saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah
yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut
legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain
karena keterbatasan alat indera manusia misalnya:
1. Alat
Penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu
cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan
benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu
melihatnya.
2. Alat
Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada
getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di
bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3. Alat
Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan
benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis
masa yaitu rasa manis,masam ,asin dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-bauan
yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari
sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda
dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4. Alat
Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat
membedakan panas atau dingin namun sangat relative sehingga tidak bisa dipakai
sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat
berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya,
ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat
dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah
tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat
indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat
terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang
diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan
berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu
dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a. Keterbatasan
pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung
maupun dengan alat.
b. Keterbatasan
penalaran manusia pada masa itu.
c. Hasrat
ingin tahunya terpenuhi
Menurut Auguste comte (1798-1857),dalam
sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
keseluruhan, berlangsung tiga tahap:
1. Tahap
teologi atau fiktif
Pada tahap teologi atau fiktif manusia
berusaha untuk mencaari atau menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang
terakhir dari segala sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib.
Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan
sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa
dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib lainnya.
2. Tahap
filsafat atau metafisik atau abstrak
Tahap metafisika atau abstrak merupakan
tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi
manusia tidak lagi menyadarkan kepada kepercayan akan adanya kekuatan ghaib ,
melainkan kepada akalnya sendiri,akal yang telah mampu melakukan abstraktasi
guna menemukan hakikat segala sesuatu.
3. Tahap
positif atau ilmiah riel
Tahap positif atau riel merupakan tahap
dimana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riel,atas dasar
pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif , melalui
pengamatan , percobaan dan perbandingan.
Legenda adalah sebuah cerita yang
dirangkai secara turun temurun dan dipercayai oleh masyarakat karena terbukti
secara logis dalam pendeskripsian ceritanya, cenderung mengemukakan kehadiran
seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contohnya:
· Tangkuban
perahu yang berlokasi di kota Bandung, sebagai hasil perwujudan kemarahan
sangkuriang yang telah gagal dalam mewujudkan pinta calon pinangannya yang
merupakan ibu kandungnya sendiri.
· Sangkuriang
· La
Madukelleng
· William
Tell
· Lutung
Kasarung
Cerita Rakyat
merupakan suatu peristiwa yang dikisahkan untuk menjelaskan akan terjadinya
sesuatu yang ada dimuka bumi ini. salah satu contoh kisah rakyat yakni
tangkuban perahu sebagai perwujudan kemarahan sangkuriang yang telah gagal
dalam mewujudkan calon pinangannya yang merupakan ibu kandungnya sendiri. Kisah
bawang merah dan bawang putih yang telah kita kenal sejak dahulu dapat menjadi
salah satu contoh dalam hal ini.
Contohnya :
· Malin
Kundang
· Si
Pitung
· Timun
Mas
Penalaran terbagi
menjadi dua yaitu :
1. Penalaran
Deduktif yaitu cara berpikir yang bertolak dari pernyataan yang
bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dan menggunakan
pola berpikir silogisme.
2. Penalaran
Induktif yaitu cara berpikir yang bertolak dari pernyataan yang
bersifat khusus untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dan terkait
dengan pengetahuan empirisme.
Menurut Charles Price ada 4 macam cara
untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
1. Percaya
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
2. Wibawa
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar
3. Apriori
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
4. Metode
Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah.
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah.
Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah
apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
· Objektif
Pengetahuan itu sesuai dengan Objek
Pengetahuan itu sesuai dengan Objek
· Metodik
Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
· Sistematis
Pengetahuan ilmiah itu tersusundalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
Pengetahuan ilmiah itu tersusundalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
· Berlaku
Umum/ Universal
Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.
Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan
yaitu:
1. Empiris
Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
2. Rasionalisme
Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran
Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran
Beberapa alasan mengapa manusia mudah
menerima mitos
1. Keterbatasan
pengetahuan manusia, pada umunya manusia memperoleh informasi dari cerita orang
yang mengetahui akan suatu hal. Kemudian hal ini bepindah telinga kepada
manusia yang lain. yang menjadi masalah adalah kebenaran tentang informasi atau
pengetahuan yang muncul dan telah menyebar tersebut.
2. Keterbatasan
manusia dalam menalarkan sesuatu, ini dikarenakan kemampuan berpikir manusia
pada saat itu masih latih. Sehingga pemikiran yan dihasilkan dapat benar dan
dapat pula salah.
3. Keingintahuan
manusia yang telah terpenuhi untuk sementara, mengadung pengertian bahwa ketika
manusia tlah mampu menalarkan sedikit hal yang ada dalam pikirannya maka
disitulah letak kepuasan manusia yang diterimanya secara intuisi.
4. Keterbatasan
alat indera manusia, selain beberapa hal diatas keterbatasan manusia terhadap
bagaimana Ia menggunakan alat inderanay masih terbatas sehingga jangkauan yang
sangat detail dalam suatu penciptaan hal yang baru masih bisa diragukan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar