BAB
6
MANUSIA
DAN PENDERITAAN
A. Pengertian
Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yaitu dhra
yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan
kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang
kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya.
Baik
dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang
menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi
peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umumnya manusia kurang
memperhatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
Dalam surah Al Insyiqoq ayat 6 dinyatakan “manusia ialah makhluk yang hidupnya
penuh perjuangan.” Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja
keras untuk mendapatkan kelangsungan hidupnya.
Menurut
agama penderitaan itu adalah teguran dari tuhan. Penderitaan ada yang ringan
dan berat contoh penderitaan yang ringan adalah ketika seseorang mengalami
kegagalan dalam menggapai keinginannya. Sedangkan contoh dari penderitaan berat
adalah ketika seorang manusia mengalami kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia
merasa tertekan jiwanya sampai terkadang ingin mengakhiri hidupnya.
B. Siksaan
Siksaan
dapat diartikan sebagai siksaan badan/jasmani, dan dapat juga berupa siksaan
jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang timbullah penderitaan.
Didalam kitab suci diterangkan jenis & ancaman siksaaan yang dialami
manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik,
dengki, memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya. Antara lain
ayat 40 surah Al Ankabut menyatakan : “masing-masing bangsa itu kami siksa
dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantara kami hujani dengan
batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan halilintar
bergerumuh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan kedalam tanah
seperti Qorun, dan ada pula yang kami tenggelamkan seperti kaum Nuh.”
Dengan
siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya mereka, namun mereka jualah
yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya.
C. Kekalutan
Mental
Gejala-gejala permulaan pada orang yang
mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut :
1.
nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri
pada lambung
2.
nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis,
cemburu, mudah marah.
3.
Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar
sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau
melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
4.
Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
5.
Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang
bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
6.
Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara
dirinya dengan lingkungan masyarakat.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1.
Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2.
Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang
bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat
menyesuaikan diri lagi.
3.
Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap
kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Proses- proses kekalutan mental :
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang
dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang
dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya
tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk
tidak terulang kembali dilain waktu.
Negatif, bila trauma yang dialami tidak
dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan
batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Penderitaan berasal
dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya
menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang
tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Sedangkan perjuangan merupakan usaha manusia untuk keluar dari penderitaan.
D. Penderitaan
dan Perjuangan
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat
manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan
hidupnya. Allah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan
merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaaan pada
hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi
tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan
disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita
sebagai manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang
menentukan hasilnya.
E. Penderitaan,
Media Masa, dan Seniman
Berita mengenai penderitaan manusia
silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud
agar semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia.
Dengan demikian dapat mengunggah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Media
massa adalah alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
penderitaan manusia secara cepat kepada asyarakat luas. Dengan demikian
masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap anatara sesama manusia,
terutama bagi mereka yang simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi
yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca dapat
mengambil hikmah dan pelajaran dari karya tersebut.
F. Penderitaan
dan Sebab-sebabnya
Apabila dikelompokkan secara sederhana
berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat
dibagi sebagai berikut :
1.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Karena perbuatan buruk antara sesama
manusia maka manusia lain menjadiderita. Perbuatan buruk manusia terhadap
lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Kesadaran itu baru timbul
setelah musibah yang membuat manusia menderita.
2.
Penderitaan yang timbul akibat penyakit,siksaan/azab Tuhan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit/siksaaan/azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal, & optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk
mengatasi penderitaan itu.
G. Pengaruh
Penderitaan
Penderitaan mungkin akan memperoleh
pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena
tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu
sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian
penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Orang yang merasa dirinya menderita akan
mendapat tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia
yang ingin mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam
hidupnya. Ini terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan
suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan kebingungan dalam
dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
BAB
7
MANUSIA
DAN KEADILAN
A. Pengertian
Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal
secara moral mengenai sesuatu hal, baikmenyangkut benda atau orang. Menurut
kamus umum bahasa Indonesia susunan W.JS Poerwadarminta , kata adil berarti
tidak berat sebelah atau memihak maupun tidak sewenang-wenang. Sedangkan
menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara
hak dan kewajiban. Menurut Aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan
manusia, kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem
yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Keadilan terletak padaa keharmonisan
menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Dengan kata lain keadilan adalah
keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
B. Keadilan
Sosial
Berbicara tentang keadilan, Anda tentu
ingan dasar negara kita ialah Pancasila. Sila kelima Pancasila berbunyi :
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Keadilan dan ketidak adilan
tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia
menghadapi keadilan atau ketidak adilan setiap hari.
Keadilan sosial mengandung arti
memelihara hak-hak individu dan memberikan hak-haknya kepada setiap orang yang
berhak menerima karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa
berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya.
C. Berbagai
Macam Keadilan
·
Keadilan Individual yaitu keadilan
yangbergantung pada kehendak baik buruk dari masing-masing individu.
·
Keadilan Sosial yaitu keadilan yang
pelaksanaannya bergantung pada struktur-struktur politik, ekonomi, social
budaya dan ideologi
·
Keadilan Legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan
hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga
kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto
menyebutnya keadilan legal.
·
Keadilan Distributif
Aristoteles
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan
secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
·
Keadilan Komutatif
Keadilan
ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi
Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat.
D. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang
dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang
benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-erbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Barang siapa berkata
jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu berbuat benar.
Orang bodoh yang ujur lebih baik daripada orang pandai yang lancung
E. Kecurangan
Curang identik dengan ketidakjujuran
atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa. Curang
atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nurani.
Menurut kamus Bahasa Indonesia karanga W.J.S Purwadarminta kecurangan berarti
tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil dan keculasan.
Menurut teori GONE ada 4 faktor pemicu
kecurangan yaitu :
1. Greed (keserakahan )
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan )
4. Exposure (Pengungkapan)
F. Perhitungan
dan Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas
perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan
yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan
yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan
mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang
menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang
melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia
tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia
berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan
kewajiban itu adalah pembalasan.
G. Pemulihan
Nama Baik
Pemulihan Nama Baik merupakan suatu
pencapaian atau tujuan utama orang hidup. Setiap orang menjaga dengan hati-hati
agar namanya baik atau tidak tercemar nama baiknya. Lebih-lebih jika dia
menjadi teladan bagi orang atau tetangga di sekitarnya adalah suatu kebangganan
batin yang tidak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungan nya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Baik atau tidaknya nama kita bergantung
kepada diri kita sendiri menyikapi dan menjalani kehidupan kita bersosialisai
atau bermasyarakat di sekitar kita.
Penjagaan nama baik erat hubungannya
dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak
baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah
laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun,
disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan
agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran
manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai
dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan
nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya
dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma
dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu
ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan
mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
H. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas
perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan
yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan
yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan
mahluk sosial.
Dalam bergaul manusia harus mematuhi
norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral,
lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah
perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena
itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa,
maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan
hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
BAB
8
MANUSIA
DAN PANDANGAN HIDUP
A. Pengertian
Pandangan Hidup dan Ideologi
Menurut Koentjaraningrat (1980)
pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan didalam masyarakat.
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan
menurut Manuel Kaisiepo 1982, pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia.
Tidak ada seorang pun tang hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya
berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra dari seseorang karena
pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah
pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi,
terkadang sulit dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya
suatuidealisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang
berlangsung di dalam masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang
ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin
dicapainya sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas,
suatu Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana ia memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang
semakin maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu
membangun dirinya.
Pandangan hidup cendrung diikat oleh
nilai-nilai sehingga berfungsi sebagai pelengkap dalam pembuatan, pembenaran
atau rasionalisasi nilai-nilai. Pandangan hidup memberi pandangan pada
nilai-nilai yang dimilikinya sendiri baik Bangsa, Negara maupun manusia yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekat untuk mewujudkannya.
Ideologi
Menurut William J. Goode, dalam bukunya
Vocabulary for Sosiology (1959) ideologi mengandung dua hal. Yaitu:
1)
Unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan
sebagai dasar untuk kegiatan.
2)
Pembenaran intelektual untuk seperangka norma-norma, seperti kapitalisme
dan sebagainya.
Ideologi
merupakan komponen dasar terakhir dari sistem-sistem dasar kepercayaan dan
petunjuk hidup sehari-hari. Sesuatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga
unsur, yaitu:
a)
Pandangan hidup (world view)
b)
Nilai-nilai (value)
c)
Norma-norma (lenski, 1974)
Pandangan ini menunjukkan bahwa
pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi. Kebudayaan dapat membuat
kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa (why) tentang sesuatu dari
kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat mengepresikan hasil kebudayaan untuk mencapai beberapa
pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu pengetahuan mampu menjawap pertanyaan
mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Pada abad ke-18 dan pada awal ke-20
banyak orang berfikir bahwa ilmu pengetahuandapat menggantikan semua kedudukan
ideologi (termasuk pandangan hidup) dan merupakan pelengkap terakhir dari
keterbatasab pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa sains modern telah memikirkan
segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap mengambil sejumlah
kemudahan dalam rumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun sains tidak
dapat menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari soal-soal yang
berdasar tentang realitas.
Dalam ideologi tindak hanya ada norma
dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai. Hanya yang penting ialah
nilai-nilai itu cendrung mengikat pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan
pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau rasionalisasi untuk
nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu kegiatan; pandangan hidup memberi
semangat kepada nilai-nilai.
Dari uraian diatas, nampak pada kita
bahwa ideologi lebih luas dari pada pandangan hidup. Ideologi biasanya tidak
dipakai dalam hubungan individu. Ideologi digunakan dalam konteks yang lebih
luas, seperti ideologi negara, ideologi masyarakat atau ideologi kelompok
tertentu. Tetapi, lahirnya suatu Ideologi dapat disusun secara sadar oleh
tokoh-tokoh pemikir suatu masyarakat atau golongan tertentu dari masyarakat,
yang diperuntukan bagi masyarakat.
B. Cita-Cita
Cita-cita adalah suatu keiginan yang
terkandung didalam hati, karena itu cita-cita juga berarti angan-angan,
keiginan, harapan, atau tujuan.
Cita-cita tidak dapat dipaksakan dari
kehidupan manusia, karena tanpa cita-cita berarti manusia tanpa dinamika. Tidak
ada dinamika berarti tidak ada kemajuan
dan hidup asal hidup saja. Itu sebabnya sikap hidup hanya menimbulkan
daya kreatifitas manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita,
kebajikan dan sikap hidup seseorang. Cita-cita sering lkali berupa perasaan
hati yang merupakan suatu keinginan yang tidak ada dalam hati. Cita-cita
diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau harapan,
keinginan ada yang baik dan ada yang buruk, keinginan yang baik adalah
keinginan yang dicapai dengan tidak merugikan orang lain. Keinginan buruk
adalah keinginan yang dapat merugikan orang lain.
Cita-cita berarti harapan, keinginan,
dan tujuan. Cita-cita yang berarti keinginan..
Ada tiga katagori keadaan hati
seseorang.
a.
Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai.
Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan dan segala kesulitan yang
dihadapinya. Orang yang berarti keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan
sukses hidupnya.
b.
Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-cita menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu,
karena itu biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-cita.
c.
Orang yang lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi bila menghadapi
kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan atau berganti keinginan.
C. Kebajikan
Kebajikan dapat diartikan kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan
kebaikan, keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan. Manusia berbuat
kebaikan karena menurut kodratnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci). Dengan kesucian jiwanya itu mendorong hati nuraninya untuk berbuat
kebaikan. “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan”. (Q. S AN-Nahl = 90).
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh
yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia
meninggal. Karena pribadi merupakan, manusia mempunyai pendapai sendiri, ia
mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya.
Manusia merupakan makhluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling tolong
menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling
mencurigai, saling membanci, saling merugikan dan sebagainya. Manusia sebagai
makhluk tuhan, diciptakan manusia dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu
manusia di lengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam
sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Kebajikan dapat dilihat dari tiga segi
yaitu:
a.
Manusia sebagai pribadi; dapat menentukan baik buruk. Yang menentukan baik
buruk itu adalah suara hati. Suara hati bisikan dalam hati untuk menimbang
perbuatan baik atau tidak. Jadi, suara hati itu merupakan hakim terhadap diri
sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia sering
kali tidak mau mendengarkannya.
b.
Manusia sebagai anggota masyarakat; yang menentukan baik buruk adalah suara
hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati
masyarakat menganggap baik.
c.
Manusia sebagai makhluk Tuhan; melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Kebajikan
berasal dari dua sumber yaitu:
a.
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini (Q. S AL-Baqarah: 30)
b.
Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya.
Kebajikan Tuhan adalah berupa
karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada Tuhan, mereka tidak percaya
adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya, tetapi bagi orang yang beriman,
ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena karunia-Nya juga, manusia
hanya sebagai perantaraannya saja.
Kebajikan dapat dikelompokkan dalam
tiga, yaiu:
a.
Kebajikan yang berupa tingkah laku, misalnya sabda dan perbuatan Nabi Muhammad
SAW merupakan Rahmatan Lil’alamin.
b.
Kebajikan yang berupa benda-benda, misalnya harta kekayaan, bila tidak
diamalkan maka harta tersebut hanya berjasa bagi pemiliknya saja, bila
diamalkan harta demikian berfungsi untuk sosial.
c.
Kebajikan yang berupa benda yang tak berwujud, misalnya ilmu pengetahuan,
kemampuan dan keahlian untuk menciptakan sesuatu.
Pepatah mengatakan bahwa. “Ilmu yang
tidak di amalkan ibarat pohon yang tidak berbuah”. Tetapi ilmu yang diamalkan
memiliki makna kebajikan dan keutamaan yang dalam sekali. Nabi Muhammad SAW
bersabda “Barang siapa yang di kehendaki baik oleh Allah maka ia di pintarkan
dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian dalam hal itu”. (H. R
Bukhari, Muslim, Tabrani).
Hadits diatas menjelaskan bahwa betapa
tinggi nilai ilmu pengetahuan itu sehingga dipersamakan seiring dengan derajat
kenabian, betapa pula rendahnya suatu amalan yang sunyi dari ilmu pengetahuan,
sekalipun yang beramal ibadat itu tentunya tidak terlepas dari pengetahuan cara
ibadat yang senantiasa di kekalkan mengerjakannya, maka jika tanpa pengetahuan
cara peribadatannya pastilah bukan ibadat namanya.
D. Usaha/Perjuangan
Adalah kerja keras untuk mewujudkan
cita-cita, Setiap Manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. sebagian
kehidupan manusia adalah perjuangan. Perjuangan untuk hidup merupakan kodrat
manusia. Tanpa perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Kerja keras dapat
dilakukan dengan otak/ilmu maupun tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk
bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat
kemakmuran manusia berbeda-beda.
E. Keyakinan
atau Kepercayaan
Keyakinan
: Suatu sikap yang ditunkukkan oleh manusia sat ia mersa cukup tahu dan
menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.
Kepercayaan
: Suatu keadaan psikologis pada saat seseorang mengaggap suatu premisi benar,
jika kita yakin dalam suatu hal maka kepercayaan akan muncul.
F. Langkah-Langkah
Berpandangan Hidup yang Baik
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup
walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup
tergantung pada orang yang bersangkutan. ada yang menjadikan pandangan hidup
sebagai saranya mencapai tujuan dan lain sebagainya. pandangan hidup sebahgai
sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik adapun langkah-langkah itu
sebagai berikut:
1.
Mengenal
2.
Mengerti
3.
Menghayati
4.
Meyakini
5.
Mengabdi
BAB
9 & 10
MANUSIA
DAN TANGGUNG JAWAB
A. Pengertian
Tanggung Jawab
Tanggung
jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus
umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung,memikul jawab, menanggung
segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
B. Macam-Macam
Tanggung Jawab
Manusia
itu berjuang memenuhi keperluannya
sendiri atau untuk keperluan
pihak lain. Untuk itu ia
manghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan
alamo Dalam usahanya itu manusia
juga menuadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Tuhan.
Dengan demikian tanggung
jawab itu dapat
dibedakan menurut keadaan manusia
atau hubungan yang
dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab,
yaitu :
a. Tanggung
jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri
sendiri menuntut kesadaran setiap orang
untuk memenuhi kewajibannya sendiri
dalam mengembangkan kepribadian sebagai
manusia pribadi. Dengan demikian
bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan
mengenai dirinya sendiri Menurut
sifat dasamya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga
seorang pribadi. Karena merupakan
seorang pribadi maka
manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri angan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat,
perasaan dan angan-angan itu manusia
berbuat dan bertindak.
Dalam hal ini manusia tidak luput
dari kesalahan, kekeliruan,baik yang disengaja maupun tidak.
b. Tanggung
jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan
masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri. ayah-ibu
dan anak-anak. dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya. Tanggung
jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan. pendidikan, dan kehidupan.
c. Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia
tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain. sesuai dengan
kedudukannya sebagai mahluk
sosial. Karena membutuhkan
manusia lain maka
ia hams berkomunikasi dengan
manusia lain tersebut.
Sehingga dengan demikian
manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut Wajarlah apabila segala tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat.
d. Tanggung
jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap
manusia, tiap individu adalah warga
negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku
manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.
Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah,
maka ia harus bertanggung jawab kepada
negara.
e. Tanggung
jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi
ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab Iangsnng
ternadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari
hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan
dalam berbagai kitab sud melalui berbagai macam agama Pelanggaran dari
hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan
peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan
melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung
jawab yang seharusnya dilakukan manusia
ternadap Tuhan sebagai penciptanya,
bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.
C.
Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud tanggung jawab juga berupa
pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian
dan pengorbanan adalah perbuatan
baik untuk kepentingan manusia itu
sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun
tenaga sebagai perwujudan
kesetiaan, cinta, kasih sayang,
hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan
dengan ikhlas.
Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa
tanggung jawab. Apabila orang
bekerja keras sehari penuh
untuk mencukupi kebutuhan. hal itu berarti mengabdi
kepada keluarga.
Lain
halnya jika kita membantu ternan dalam
kesulitan, mungkin sampai
berhari-hari itu bukan
pengabdian. Tetapi hanya bantuan saja.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang
berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk
menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat
kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu
pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Pengorbanan
dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila
kita membaca atau mendengarkan kotbah
agama.
Perbedaan antara pengertian pcngabdian
dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan
pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya.
Tetapi untuk kala pengorbanan dapat juga
diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan
akibat dan pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda,
pikiran, perasaan, bahkan
dapat juga berupa jiwanya.
Pengorbanan diserahkan secara ikhlas
tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian,
tanpa ada transaksi, kapan
saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan,
tenaga, biaya, waktu. Dalam
pengabdian selalu dituntut
pengorbanan,tetapi pengorbanan
belum tentu menuntut pengabdian.
SUMBER
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., 2011. Ilmu Sosial Dasar Umum. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Widyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan Penderitaan.http://dewirosdyana.wordpress.com/ilmu-budaya-dasar/bab-1-manusia-dan-kebudayaan/. 1 Oktober 2013
https://rrachman.wordpress.com/2013/10/15/ibd-manusia-dan-penderitaan/
Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah Universitas Gunadarma.Depok
Widyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan Penderitaan.http://dewirosdyana.wordpress.com/ilmu-budaya-dasar/bab-1-manusia-dan-kebudayaan/. 1 Oktober 2013
https://rrachman.wordpress.com/2013/10/15/ibd-manusia-dan-penderitaan/
Muchji Achmad dan Nugroho Widyo 1996.Ilmu Budaya Dasar.Seri Diktat Kuliah Universitas Gunadarma.Depok